Sabtu, 26 Februari 2011

Kata2 mutiara islami

Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.

Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.

Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memaafkan.

Dengannya Allah kuburkan kedengkian, Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.

Jumat, 25 Februari 2011

Please Take my heart hal 2


Di rumah, {kamar Ran}
“Aku kebagian beli bahan makanan sama Meca dan Ezy, pasti jadi kambing congek nieh!” Ran menghela napas, biasa kalo jalan sama mereka berdua yang ada malah ngeliat drama percintaan, dunia serasa milik berdua dan temanpun akhirnya dikacangin.
“Ran lagi ngapain kamu? Disuruh mama bantuin di dapur. tiduran melulu, dasar tukang tidur.”
“Kak Ren, ngagetin az. Siapa yang tukang tidur, Aku lagi  menyiapkan pakaian buat ke Villa lusa.” Jawab Ran kepada Rendy Drazyar Kakak semata wayangnya yang akrab disapa ‘Ren’.
“Whatever, kalo udah selesai bantuin mama tuh. Nanti kamu diomelin baru tau rasa!” Suruh Ren.
“Yayaya!”  Jawab Ran kesal dengan kakaknya yang sok itu.
ÿÿÿ……………………………………
“Mama, lagi masak apa?” Tanya Ran manja,
“Lagi masak sayur asem kesukaan kakakmu dan ayam goreng kesukaanmu, sayang.”
“Aku bantuin ya…” Ucap Ran.
“Boleh.”
“Hore!!! Mama, lusa aku ke Villa sama teman-teman, jadi ntar kalo masak minta bantuin Kak Rena az.” Seru Ran.
“Ihh… nggak mau emangnya aku suka masak apa?” Ren tiba-tiba muncul dan duduk di meja makan.
“Kurangi uang jajannya ma, pemalas.” Seru Ran,
“Kamu tuh ya, jadi adik nyebelin banget deh! Jangan dibolehin ke Villa mah.”
“Eh enak az… Nggak boleh githu.” Ran kesal.
“Eh… eh sudah jangan bertengkar kalian bukan anak kecil lagi, tenang kalo kamu gak ada mama bisa sendiri kok.” Mamanya tersenyum.
Ran menjulurkan lidah ke kakaknya, Ren hanya membuang muka.
“Papa… pulang!!” Seru papanya menuju dapur.
“Selamat datang.” Sambut mama mereka.
“Tumben pulang cepat?” Tanya Ren.
“Ada yang mau papa bicarakan dengan kalian lho.” Jawab papanya tersenyum.
Ran dan Ren saling berpandangan melihat wajah Papanya Yang sangat bahagia.
“Ada apa sieh mah?” Tanya Ran berbisik.
“Tanya papamu saja.” Jawab mamanya juga tersenyum, membuat Ran tambah penasaran.
“Emang ada apa, Pa??” Tanya Ren juga penasaran.
“Begini………………………………….”
"""
Lusa, di rumah Ran.
Satu-persatu temannya datang untuk berkumpul,
“Kamu udah beli bahannya?” Tanya Ari kepada Ran.
“Sip!” Ucap Ran mengacungkan jempol.
“Siapa lagi yang belum datang?” Tanya Ian.
“Dua suami istri………” Jawab Oky.
“Ezy dan Meca serta Lena dan Dimas.” Ucap Ian nggak mungkin salah.
“Astaga mereka itu, ngapain az sieh. Ntar macet nieh.” Ucap Yoan, yang nggak sabaran.
“Tuh… mereka berempat datang.” Tunjuk Rheo.
“Hi… Guys!” Seru mereka berempat.
“Dasar pasangan lelet, kita nieh mau ke Villa bukan bulan madu tahu. Astaga banyaknya yang kalian bawa.” Ucap Ian super kaget melihat bawaan mereka.
“Namanya juga cewek.” sahut Ezy dan Dimas,
“Mobil Dimas pasti muat, kalo nggak muat masukin ke mobil Ari.” Sahut Meca.
“Atau mobil Ran” Sahut Lena juga.
“Ampun deh kalian ini!” Seru Ran geleng-geleng kepala, masa cuma nginap  3 hari bawaannya segudang.
“Ya udah kita berangkat.” Ajak Ran.
“Tunggu dulu…” Ucap Ren  yang sejak tadi berdiri,
“Kakak… apa lagi?” Tanya Ran.
“Boleh pinjam dia sebentar?” Tanya Ren tersenyum sangat manis.
“Ambil az kak.” Ucap Meca, Lena, dan Yoan. Dari dulu mereka bertiga memang mengagumi Kak Ren, tapi hanya kagum. Sebab Kak Ren udah ada yang punya, mana mungkinkan cowok setampan itu masih sendirian.
“Emang aku barang.” Gerutu Ran,
Ren menarik tangan Ran, membawanya ke dalam rumah.
“Kamu belum bilang kamu akan pindah rumah.”
“Males ah, ntar az!!! Cuma pindah rumah doank bukan pindah Negara juga kan.” jawab Ran.
“Ouh… gak mau teman-temanmu tau rumah kita yang baru, kan kalo mereka mau main bisa ke sana az, gak di sini.” Seru Ren.
“Bukan gitu Kak, rumah yang kita tempati ini kan ntar di huni oleh Kakak mama juga, jadi kalo mereka mau ke rumah kita masih bisa di sini kan. Jangan di ambil pusing ah.” Jawab Ran nggak mau ambil pusing.
“Dasar aneh, terserahlah. Capek bicara denganmu.”
“Kalo gitu aku pergi ya, ntar macet. Mama kan lagi melihat rumah yang baru, jadi pas sampe di sana aku telpon mama. Dah Kakak ku yang bawel.” Ucap Ran, keluar rumah. Di ikuti Ren yang sebel melihat tingkah adiknya.
“Bicara apa sieh? Ntar kita keburu macet di jalan.” ucap Oky yang nggak sabar lagi.
“Hehehe, sorry!” Jawab Ran singkat,
“Kalo githu… kami pergi ya Kak.” Seru mereka semua.
“Hati-hati… di jalan.”
ÿÿÿ……………………………………………..
Di mobil Ran, {Meca, Yoan, dan Lena}, mobil Ari { Oky, Rheo, dan barang-barang}, dan mobil Dimas{ Ian, Ezy, dan Fathir}
“Kenapa kalian di mobilku, kenapa gak  ikut sama ayang kalian az. Di sini bisa ditaruh barang-barang.” Seru Ran meledek mereka bertiga.
“Masa kami tega ninggalin teman sendirian menyetir apalagi kamu cewek, kan kuatir.”
“Aku gak apa-apa kok, jangan karena aku satu-satunya jomblo kalian kasihan ama aku. Sana masuk ke mobil ayang kalian. Kalo tidak aku tinggalin kalian bertiga.” Perintah Ran dengan wajah juteknya.
Mereka berpandangan…………
“Beneran gak apa-apa? Kami jadi gak enak nieh kamu sendirian di sini.”  Ucap Lena.
“Tak apa, aku bukan anak kecil tau. Nikmati donk masa pacaran kalian.” Suruh Ran tersenyum nakal.
“Kami suruh Ian, Oky, dan Rheo ke sini ya. Soalnya barang-barang udah masuk ke mobil Ari.”  Seru Lena lagi.
Ran mengangguk, mereka tersenyum.
“Eh. Kamu, kamu, dan kamu masuk mobil Ran. Urutan kita di ubah.” Ucap Lena,“Hah…….” Sahut mereka bingung.
“Ayo cepat, kalian mau membuat seorang gadis menyetir sendirian, tega banget.” Perintah Yoan dengan tegas,
“Lalu kalian?” Tanya mereka.
“Kami di usir dari mobil Ran, katanya kalo tetap di sana kami di tinggal.” Sahut Meca sedih.
Ian, Oky, dan Rheo saling bertatapan, lalu mangut-manggut.
“Ya, kami paham maksud Ran.” Mereka bertiga berjalan ke mobil Ran.
“Ada apa ini?” Tanya Dimas.
“Cuma perubahan dikit.” sahut Lena Manja, Dimas mengerutkan kening.
Dan di putuskan, di mobil Ran { Ian, Oky, dan Rheo}, lalu mobil Dimas {Lena, Yoan, dan Fathir}, lalu mobil Ari { Ezy dan Meca}.
“Aku az yang nyetir, nggak enak masa cewek yang nyetir.” Pinta Rheo.
“Kamu bisa nyetir ya?” Tanya Ian yang duduk di belakang.
“Gak kayak kamu, bisanya cuma naik motor.“ Sahut Oky yang juga duduk di belakang.
“Aku trauma, belajar malah nabrak pohon…” Jawab Ian sebel.
“Hahaha, keren banget pasti.” Rheo tertawa, membuat Ran kaget karena baru kali ini ngeliat tawa Rheo yang meledak, biasanya cuma senyum doank.
“Dia lucu juga, habis jarang banget bicara sama Rheo. Paling aku bicara masalah pelajaran. Jadi kurang tau sifatnya, yang akrab  kan cuma Lena di antara aku, Meca, dan Yoan.” Seru Ran dalam hati.
“Ngetawain derita teman, Rheo kamu kejam.”
“Iya… sorry! Ayo jalan mereka udah duluan tuh.”
“Santae az, yang punya Villa kan di sini.” Seru Ran duduk di sebelah Rheo.
“Benar juga ya!” Ucap Rheo tersenyum, membuat tubuh Ran seperti di sengat listrik, baru kali ini Ran melihat senyum Rheo yang begitu berbeda, hingga jantung Ran ingin melompat.
“Kenapa denganku?” Ran kebingungan,“Ada apa?” Tanya Rheo bingung mendengar Ran bicara sendiri.
Ran hanya menggeleng, menatap keluar jendela untuk menutupi wajahnya yang merah seperti tomat busuk.
“Aku ini kenapa sieh, kok jadi gugup begini. Dan perasaan ini seperti sama waktu aku menyukai Dimas. Nggak mungkin, secepat ini aku suka hanya karena senyumnya doang, pasti hanya kagum karena senyum manis dia yang belum pernah ku lihat sebelumnya.” Gumam Ran dalam hati, dan tak sadar Rheo memanggilnya dari tadi.
“Oiiii Ran….budek ya.” Teriak Ian di telinga Ran,“Dasar kutu… ngagetin aku az.”
“Habis bosan melihat Rheo yang manggil kamu, tapi di cuekin.” Sahut Ian.
“Ya sorry……, aku melamun.” Jawab Ran.
“Minta maaf sama Rheo jangan sama Ian.” Seru Oky,
“Maaf ya…” Ucap Ran yang malu.
“Never mind, aku Cuma mau tahu jalan ke Villa mu az, kita udah di tinggal jauh sama yang lain… mobil mereka nggak kelihatan lagi.” Ucap Rheo.
“Aku… lupa bahwa kamu kan baru sekali ke sana, pasti nggak ingat jalannya.” Ran menepuk jidatnya, Rheo hanya tertawa kecil…………………
Dan…………  deg-deg-deg
“Busyet… Mati pun aku mau, senyumnya… manis banget, ternyata dia cute banget…” Ucap Ran dalam hati yang terpesona.
“…setelah perempatan, belok kanan… Lalu…” Ran menjelaskan dengan terbat-bata, dia benar-benar gugup.
ÿÿÿÿ………………………………………………………………

Sesampainya Di Villa Ran yang benar-benar bernuansa alam, di mana-mana rumput hijau yang tertata rapi bak lapangan sepakbola internasiol, pohon pinus yang segar… Villa yang terbuat dari kayu jati ini memang top banget deh, di belakang Villa ada air terjun dan danau yang sangat jernih airnya, ini yang membuat sahabat Ran sangat suka di Villa Ran, walaupun sederhana bukan berarti di dalam Villa nggak ada barang elektronik, malah buanyak banget. Pokoknya Villa Ran the best.
“Selamat datang kembali… Nona Ran dan sahabatnya.” Ucap penjaga Villa dan istrinya.
“Udah setengah tahun nggak bertemu ya…” Lena dan Meca tersenyum ke arah mereka.
“Aku mau berenang di Danau ah, ayo Oky.” Ajak Ian yang nggak bersemangat.
“Eh, jangan kabur ya, bantuin ngangkat barang  dulu.” Suruh Ran.
“Iya……nyonya.” Oky dan Ian manyun. Dan ikut mengangkat barang.
Ran mengangkat kotak plastik besar yang berisi buah,
“Waduh… berat juga.” Ran kewalahan, Rheo yang membawa dua buah plastik sayur menghampiri Ran.
“Aku bawa itu kamu bawa ini.” Rheo mengambil kotak di tangan Ran, dan berjalan ke dalam Villa.
Ran yang sesaat tertegun melihat Rheo, akhirnya dia membawa bawaan Rheo tadi.
“Kamu bawa tas mu az, aku bawa ini.” Ari membawa kedua plastik tersebut dan masuk ke Villa.
“Ahh… tapi! Ya udah lah.” Ran pun masuk dengan hanya membawa satu tas ranselnya.
……………………
Villa Ran cukup besar dengan lima kamar yang luas, itu karena Villa ini memang ditujukan untuk acara keluarga besar Ran.
Seperti biasa Ran dengan Lena sekamar,
“Merci…” Seru Lena kepada Dimas yang mengangkatkan barang bawaan Lena ke kamarnya.
“Kalo gitu aku ke kamar juga ya, bantuin Ari.” Ucap Dimas mengelus rambut Lena dan keluar.
“Mereka memang serasi.” Ucap Ran dalam hati, hatinya masih sedikit sakit. Walaupun udah melupakan Dimas tapi kalo melihatnya dia masih ada sedikit perasaan, dan itu membuatnya hatinya tergores lagi.
“Eh, Ran lihat tuh Ian dan Oky… mereka itu, masih az nggak berubah. Baru juga datang udah berenang… berenangnya az kayak ikan lele dan ikan tuna.” Lena tertawa kecil melihat tingkah kedua temannya.
“Biarkan saja, mereka sudah ku suruh ngangkat barang-barang. Biarin mereka relaks sedikit.” Ran juga tertawa, Karena Ian dan Oky memang teman yang gokil dan ajaib abiz, tapi itulah ciri khas mereka berdua yang disukai para adik kelas.
“Aku juga mau jalan sama Dimas ke danau ah, kalau aku gak minta duluan ntar dia malah bermain-main sama Ari dan lainnya.”
“Beresin dulu barangmu yang berantakan itu, baru pergi.” Suruh Ran geleng-geleng kepala melihat kembali bawaan Lena.
“Hehehe……iya Ran sayang.”
Setelah membantu membereskan barang Lena yang sangat banyak, Ran pun menuju danau menghampiri teman-temannya yang sedang asyik bersenang-senang. Ezy dan Meca menyusuri danau dengan perahu, Yoan dan Fathir membuat jus bersama, Oky dan Ian masih berenang, nggak capek-capeknya, Ari dan Dimas lagi main scrabble, Rheo membaca buku sambil rebahan di ayunan yang di gantung di kedua pohon.
“Aku ajak Dimas naik perahu ah, masih ada satu perahu nganggur.” Lena berlari mendekati Dimas yang serius berpikir untuk mengalahkan Ari yang jago main scrablle.
“Dimas naik perahu yuk!” Ajak Lena dengan wajah memelas.
“Ntar az ya, aku lagi asyik sama Ari nieh.”
“Ouh… lalu aku main sama siapa donk.”
“Ajak Ran, Ian, Rheo, atau Oky.”
“Ya udah… tapi janji naik perahu ntar.”
“Iya!” Jawab Dimas singkat dan terfokus kepermainan.
“Ian…naik perhu yuk, daripada berenang melulu ntar kamu jadi ikan lele betulan.” Ajak Lena.
Ran mendengar percakapan Lena dan Dimas pun terpikir,
“Dasar Dimas, tetap gak berubah. Masa membiarkan pacar dengan cowok lain, walaupun itu juga temannya ada sedikit cemburu kek. Kan Lena pacarnya…” Ran bicara dalam hati, lalu membantu Yoan dan Fathir membuat jus.
“Aku mau alpukat donk…” Seru Ran.
“Ok, tapi bantu kami ya. Pesanan mereka banyak nieh! Tau gini aku tadi gak usah membuat jus.”
“Tapi senangkan bisa membuat sama pacar tercinta dan lagi nanti malam kamu bebas tugas membuat makanan.” Goda Ran, membuat wajah Yoan memerah.
MALAMNYA MEREKA BARBEQUE  di tepi danau
“Ran sausnya… jangan pedas ya.” ucap Lena yang benci pedas.
“Iya… ntar punyamu aku bedakan.”
“asyik…” Lena kembali menghampiri yang lain yang juga sibuk.“Ran… Aku super hot…” Ucap Ian.
“Iya… aku tahu kesukaan kalian, jadi duduk manis az. Biar aku yang masak ini, kalian bantu yang lain az.” Perintah Ran, Ran memang jago masak walaupun dia sedikit tomboy, jadi dia yang bertugas membuat makanan malam ini.
Yang lain sedang menyiapkan semuanya di meja makan, Rheo menghampiri Ran yang memanggang sambil belepotan saus, ini dia salah satu sifat Ran kalau sudah memasak gak tau lagi dengan keadaan dirinya.
“Wajahmu kotor!” Rheo melap wajah Ran, membuat Ran kaget.
“Eh, nggak usah ntar malah saputanganmu yang kotor.” Sahut Ran gugup.
“Tak apa-apa yang penting ntar kamu yang cucikan ya!” Sahut Rheo tertawa kecil.
“Ba….bai…baik.” Jawab Ran tambah gugup,
“Ku bantu ya!” Seru Rheo,
“Eh… makasih!!” Jawab Ran, hatinya menjadi menari-nari.
Setelah selesai berpesta, mereka pun nonton film horror di ruang santai.
Para cewek mendekat dengan pacar masing-masing, ini memang salah satu kesempatan yang berpacaran.
“Dasar kalian ini…… aku capek mau tidur!” Ucap Ran hendak ke kamar.
“Ah… Ran kalo udah nonton horror, kamu pasti pengen tidur. Dasar penakut!” Ledek ian.
“Biarin…!!” Ran menjulurkan lidah.
“Kalo takut ada az Kang Ari tuh yang jagain.” Seru Ezy dan Oky.
Semua pun bersorak kepada Ari dan Ran, Ari hanya diam dia memang sangat tenang. Tapi, tidak bagi Ran dia melotot ke arah Ezy dan Oky dengan wajah garangnya, semua pun terdiam.
“Kalo gitu aku tidur ya, selamat bersenang-senang!” Ran kesal menaiki tangga sambil menghentakkan kaki.
“Liat tuh, dia pasti merajuk… kalian sieh!” Seru Ari akhirnya bicara.
“Ciey… Kang Ari kuatir ya, tenang az paling cuma sebentar dia kayak githu. Aku tau sifat Ran kok!” Seru Lena tersenyum nakal.
"""
“Huh, mereka itu nyebelin banget sieh. Aku jadi nggak enak sama Ari! padahal aku kan cuma nganggap Ari hanya teman biasa.”
Ran merebahkan dirinya di kasur, lalu mengingat kembali kejadian dia bersama Rheo tadi, wajah ran kembali bersemu merah.
“Apa jangan-jangan aku suka Rheo… ah, masa sih! Pasti Cuma kagum doank, tapi kok jantung serasa berdegup kencang tak terkendali saat bersamanya… akh… aku bingung” Ran menutup wajahnya dalam bantal, lalu mengambil sapu tangan Rheo di dalam kantong celananya.
“Aku harus mencuci ini sampai kinclong, baru aku akan kasih ke dia.” Ran tersenyum sambil mencium sapu tangan tersebut.
“Apa dia juga suka aku, coz dia kan selalu bantu aku saat aku kesusahan… akh Ran kamu ini kePd’an, mana mungkin sieh Rheo yang super cool dan pintar suka sama kamu. Tapi bisa az kan… akh… pusing!” Ran bergelut dengan hatinya sendiri, lalu akhirnya dia tertidur pulas.
……………………………………………………………
Pagi hari yang cerah, semua sahabat Ran pada tertidur pulas di ruang santai.
“Dasar… mereka, pasti kecapean nonton semalaman.” Ran kembali ke dapur.
“Eh non Ran, udah bangun ya! Sahabat nona masih tidur pulas apa perlu saya bangunkan untuk sarapan.” Ucap Bi Diana.
“Nggak usah Bi, mereka pasti lelah biarkan tidur sebentar lagi. Biar aku yang masak kali ini, Bibi siapkan air hangat untuk mandi dan teh hangat az jika mereka bangun.”
“Baik Non…!” Ucap Bi Diana pergi dari dapur.
“Kali ini masak apa ya???” Ran membuka kulkas, memilih beberapa bahan makanan.
“Bi Diana bisa minta coklat panas!” Seru Rheo masuk ke dapur.
“Rheo… sudah bangun!” Tegur Ran sambil memegang sayur.
“Eh ternyata Ran, mana Bi Diana?”
“Dia menyiapkan air hangat buat kalian mandi nanti!”
“Ouh… lalu kamu ngapain?” Tanya Rheo lagi.
“Coba pikir, kalo seorang cewek di dapur pasti……” Ran menunjukkan sayuran.
“Ouh…” Ucap Rheo paham, lalu mengambil cangkir.
“Mau ngapain?” Tanya Ran.
“Kan udah ku bilang tadi, aku mau coklat panas. Tapi, karena Bi Diana lagi sibuk aku buat sendiri az.” Jawab Rheo.
“Ouh coklat…” seru Ran bete, coz Ran paling nggak suka coklat. Memang aneh sieh ada orang yang nggak suka coklat, tapi mau gimana lagi kalo makan coklat Ran pasti mual dan muntah-muntah karena rasanya yang enek, Ran memang tak suka manis apalagi coklat.
“Kenapa?” Tanya Rheo yang heran melihat wajah Ran.
“Nothing!” Jawab Ran tersenyum kecut, lalu melanjutkan memasak, sementara Rheo membuat Coklat. Baunya yang harum menusuk ke hidung Ran, Ran mulai pucat. Tapi karena nggak mau kelihatan buruk di depan Rheo dia diam az.
“Mau masak apa sieh?” Tanya Rheo mendekati Ran, Ran tambah mual mencium aroma coklat yang sangat dekat.
“Eee… nasi goreng… doank… dan ayam goreng tepung.” Jawab Ran menahan napas.
“Uhm… ntar nasi goreng ku jangan pake Ayam goreng tepung, soalnya aku nggak suka Ayam yang pake tepung.” Ucap Rheo, Ran tertegun mendengarnya.
“ Udah ya… aku mau mandi dulu!” Rheo pergi,
“Huhuhu ternyata aku dan Rheo banyak sekali perbedaan, apa memang nggak jodoh ya.” Gumam Ran sambil memotong sayur.
“Ran… kamu masak apa pagi ini? Aku bantu ya!” Seru Ian masuk ke dapur.
“Bagus… kamu udah bangun, bantuin aku menggoreng ayam.”
“Hi guys… wangi banget, nasi goreng ya!” Oky dan Dimas masuk.
“Jangan Cuma memuji doang, bantuin kek! Kasihan Ran.”  Ucap Ian.
“Ouh aku lupa, hari ini kan giliran cowok yang masak, nah kalian terusin az ya sampai selesai lalu taruh di meja makan dengan rapi, satu lagi setelah selesai memasak jangan berantakan, dah aku mau mandi nieh… “  Ran pergi meninggalkan mereka bertiga.
“Sialan si Ran, apa dia mau balas dendam karena tadi malam.” Ucap Ian.
“Jangan mengeluh, hari ini kan memang giliran cowok yang masak. Untung kita Cuma di suruh menyelesaikan pekerjaan Ran.” Ucap Dimas.
“Aku panggil yang lain ya, nggak adil kalo hanya kita bertiga.” Oky keluar dari dapur.
1 jam berlalu……
“Aneh lama banget sieh mereka.” Seru Ran khawatir.
“Santai az Ran, di sana kan ada Oky dan Dimas yang jago masak.”
“Iya, tapi masa Cuma menyelesaikan setengah dari pekerjaan ku sampai satu jam… malah lebih.” Ran melihat ke arah jam dinding.
“Udah kita tunggu sebentar lagi.” Seru Yoan.
“Tau gini mending Oky dan Dimas az yang ku suruh membantu aku, sisanya ku suruh menyiapkan makanan dan nyuci piring az.” Ran benar-benar khawatir lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Mau kemana Ran?” Tanya Meca.
“Ke dapur melihat mereka, aku takut dapurku jadi bahan eksperimen.” Ucap Ran.
Sebelum Ran melangkahkan kakinya, semua anak cowok keluar dari dapur dengan wajah hitam legam seperti korban kebakaran
“OMG, kenapa kalian? Kayak setan.” Ran geleng-geleng kepala.
“Kayak Gorila … hahaha.” Lena tertawa.
“Bukan! suku Asmat!! Hahaha…” Meca juga tertawa
“Bukan tapi macan tutul hahahaha.” Yoan ikut tertawa.
“Udah deh jangan tertawa, yang penting masakan kami udah jadi.” Seru Ian kesal ditertawakan.
Oky, Dimas, dan Ezy membawa beberapa piring dan mangkuk besar. Makanan pun bukan hanya ayam goreng dan nasi goreng Ran tadi, tapi ada berbagai masakan.
“Wow, kayak pesta az… pantas lama.” Seru Yoan terkagum-kagum.
“Tapi, apa ini bisa di makan?” Tanya Meca dan Ran ragu soalnya bentuknya pada aneh dan ancur banget.
“Eh, jangan salah ya… ini eksperimen kami yang rasanya paling mutakhir, jangan dilihat dari bentuknya tapi rasanya, kalian pasti ketagihan.” Jawab Ian bangga bak koki pro.
“Jadi di dapur kalian semua bereksperimen dengan bahan makanan, astaga buang-buang bahan az.” Seru Lena,
“Kalian mau membuat kami mati keracunan ya.” sahut Ran pusing dengan kelakuan temannya.
“Ini apa sieh… bulet-bulet gak jelas?” Tanya Meca menunjuk salah  satu makanan seperti pentol tapi warnanya coklat pekat.
“Itu namanya telur gila ala kami, kalo kalian makan pasti tergila-gila deh dengan kami.” Jawab Ezy bangga.
“Hoekkk!” Sahut mereka semua, dasar para cowok narsis banget deh.
“Udah jangan mengeluh, siapa suruh kami yang masak.” sahut Ian.
“Eh, hari ini kan memang jadwal kalian dan lagi aku nyuruh kalian kan menyelesaikan masakan ku, dan di dapur juga ada Dimas dan Oky yang jago masak, bukan nyuruh kalian bereksperimen…” Sahut Ran seperti di salahkan.
“Daripada kalian ngoceh mending cobain deh.” Ucap Fathir.
“Iya… pasti ketagihan!” Sahut Ari dan Dimas tersenyum nakal.
Mereka berempat saling berpandangan, lalu mengambil sendok. Saat mereka menyuap hasil eksperimen para cowok dengan perasaan masih curiga, ternyata semua cowok pada kabur diam-diam…
Dan……… satu suapan……
“HOEKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK……” mereka pada mual dan hendak muntah, rasanya seperti neraka dan membuat mereka serasa hendak mati.
“Sialan… kalian semua!!!!” Teriak para cewek, mereka pun membawa piring dan mangkuk tersebut.
“Kita cari mereka dan lempar semua ke tubuh mereka.” Ucap lena sangat geram dengan ulah para cowok.
“AYO……!!!” Mereka berlari mencari para cowok yang bersembunyi.
“Ayo kabur… mereka pasti marah banget sama kita, hehe.” Ucap Ezy tertawa pelan.
“Asyik juga sesekali ngerjain para cewek!” Ian dan Fathir tersenyum.
“Sepertinya, kita ketahuan deh ada aura ngeri di belakang.” Seru Ari, mereka menoleh dan melihat para cewek dengan wajah garang.
“Mau kemana kalian hah? Terima hukuman kami.” Mereka menumpahkan semua makanan ke kepala para cowok.
“WAAAAAAAAAAAAAAAA!!!”  Teriak semua, serasa di jatuhi sampah busuk.
“HA… ha… ha… emang enak.” Para cewek tertawa terbahak-bahak. Dan akhirnya mereka malah bermain lempar makanan.
"""

Karyaku (novel) kupersembahkan untuk org2 yg kusayang

Please, take my heart
Tokoh :

Ø Randica Azyahra
Ø Elena putri sartika
Ø Monica Glebova stewart
Ø Yoanda angelisha
Ø Dimas  walanda
Ø Rhandy Erioz heralgi
Ø Ariandy permana nasution
Ø  Airlangga Fahrezy agung sebastian
Ø Fahrian akhdar
Ø Oktavanry Indarwan
Ø Rendy Drazyar
Ø Anna humaira carlytha
Ø Fathir  kusuma wijaya
Ø Natasya Erioz lorenza



BAB I
Di Kantin SMA 23 Jakarta Selatan.
Randica Azyahra dan tiga orang temannya sedang asyik ngobrol sambil makan mie ayam.
“Ran, sejak putus dengan Ari, di antara kami bertiga hanya kamu yang menjomblo. Sekarang nggak ada yang kamu sukai ya?” Tanya Lena sahabat yang paling dekat dengan Ran.
Meca dan Yoan saling berpandangan, sebenarnya mereka berdua tahu seseorang yang disukai temannya itu, dia adalah pacar Lena sekarang. Cinta pertama Ran, namun karena cowok itu ternyata menyukai Lena dan Lena menyukainya jadi Ran mundur tanpa memberitahu perasaannya. Dia tak ingin melukai temannya yang sedang jatuh cinta. Walaupun Ran lebih dulu menyukai cowok itu. Dan ia malah pacaran dengan Ari yang tak ia cintai untuk melupakan Dimas pacar Lena, tapi karena tak mau menyakiti Ari terus yang sangat tulus mencintainya, Ran akhirnya putus dengannya.
“Belum ada!!!!!” Jawab Ran singkat sambil minum es jeruk kesukaannya.
“Ouh… nanti kalau ada yang kamu suka bilang ke kita ya, soalnya hanya kamu yang nggak pernah sedikitpun curhat tentang cowok.” Sahut Lena.
“Karena cowok yang disukai sama, jadi sulit ceritanya! Harus salah satu mengalah deh, jika nggak kita yang melihat tingkah anehnya ke Dimas, mungkin dia juga gak ngaku ke kita kalo dia suka Dimas.” Bisik Meca kepada Yoan, dan Yoan hanya mengangguk menatap kasihan ke arah Ran. Ternyata cinta itu rumit juga ya.
“Hey kalian kok bisik-bisik? bicarain apa’an?” Tanya Lena yang tak sengaja melihat mereka berdua.
“Hehe, gak kok! Eh Lena, tuh yayangmu dan teman-teman.” Tunjuk Meca melihat enam sahabat mereka yang menuju ke arah mereka berempat. Dimas, Rheo, Ian, Ari, Ezy dan Oky.
“Dimas… teman-teman ke sini.” Seru Lena.
Mereka berempat duduk berseberangan dengan sahabat mereka tadi, sebenarnya mereka  udah sahabatan sejak duduk di kelas satu SMA, hanya Rheo yang baru gabung saat kelas dua sekarang. Dan Rheo juga yang paling jarang ngumpul dan sangat pendiam walaupun orangnya baik dan sangat pintar di antara mereka.
“Kemana az kalian? Kami udah nungguin dari tadi?” Tanya Lena sangat riang. Di antara Ran, Meca, dan Yoan emang Lena yang paling ceria dan pandai bergaul. saat kelas satu pun Lena lah yang menyapa mereka semua dan akhirnya bersahabat sangat akrab seperti ini.
“Tadi kami lagi ke perpustakaan mengembalikan buku, nanti kalo telat kan denda.” Jawab Dimas seadanya, walau pacaran dengan Lena, Dimas orangnya selalu mementingkan sahabat dan tak selalu berduaan dengan Lena, jadi Lena sedikit kesepian sieh!! Soalnya Dimas dan dia tak pernah sekalipun kencan, kalo jalan semuanya pasti ikut. Tapi, tak masalah buat Lena yang sifatnya juga sama kayak Dimas. Tapi, namanya juga cewek pasti ingin di sayang-sayang oleh pacarnya, jadi sering kali Lena mengeluh kepada sahabat ceweknya, karena sikap Dimas. Walaupun begitu Lena tetep sayang banget dengan Dimas. Kalo tidak, hubungan yang sudah setengah tahun ini pasti berakhir.
“Hebat ya Lena dan Dimas tetap awet banget, nggak kayak aku dengan Ari yang hanya sebulan putus, walau mencoba menyukainya tapi tetap nggak bisa. Namun Ari memang baik banget walau udah putus denganku dia masih seperti dulu dan masih berteman baik dengan ku.” Ran bicara pada hatinya, lalu menatap Ari yang sedang bercanda dengan yang lain.
“Eh, teman-teman minggu ini kita jalan yuk? Bosan udah sebulan nggak jalan  rame-rame!” Seru Meca yang memang hobinya hang out.
“Ya ok, tapi kemana? Kalo Cuma keluyuran nggak jelas aku nggak mau.” Ucap Ran yang nggak suka jalan-jalan yang nggak ada arah tujuan.
“Betul ucap Ran, aku juga gak mau kalo nggak jelas tujuannya.” sahut Lena.
“Nonton yuk, ada film baru yang katanya rugi kalo nggak nonton.” Ajak Ian dan Yoan.
“Males ah, buang-buang uang mending beli yang bajakan az ntar. Aku lagi kering nieh.” Ucap Oky, yang orangnya suka barang imitasi.
“Betul-betul-betul.” Jawab Ezy, yang sekarang lagi nge-fans sama upin-ipin.
“Yah… ayang kok gitu.” Bisik Meca kepada Ezy pacarnya.
“Meca bukannya aku tak mau jalan, tapi kalo nonton kita kan udah berdua kemaren.” jawab Ezy.
“Gimana kalo ke Dufan?” Ajak Yoan.
“Nggak mau! Ntar az.” Jawab mereka semua kompak.
 “Kan sudah kesepakatan kalo 3 bulan sekali kita ke Dufan, ini udah waktunya.” Seru Yoan yang kebelet pengen ke Dufan.
 mereka saling berpandangan, mereka ternyata lupa akan kesepakatan itu. Memang sieh Dufan adalah salah satu alternative buat mereka untuk merefreshingkan otak mereka setelah belajar melulu. Kalo nggak ke Dufan pasti pesta ke Villa Ran yang ada di Puncak Bogor.
“Hey Yoan, kamu nggak denger ya aku lagi kanker { kantong kering} nieh.” ucap Oky dengan wajah sedih.
“Lho… sepertinya, baru kemaren deh kamu dapat gaji dari bokap mu. Kan ini awal bulan.” Ucap Lena.
“Nah itu dia, gitar ku rusak gara-gara adikku! Jadi, aku membeli yang baru. Dan sekarang aku harus bisa berhemat.” Jawab Oky cemberut.
“Sabar ya… sabar.” Ari mengelus pundak Oky.
“Jadi Gimana dong?” Tanya Meca lagi,
“Ada ide? Eh Rheo, kamu punya ide? kan otakmu paling encer di antara kami. Kamu ini diam az dari tadi, ngomong dong.” Suruh Lena, Rheo memang pendiam dan ngomong selalu seadanya, kalo gak penting mending diam itulah sifat khas Rheo, dia jadi akrab dengan yang lain juga berkat Lena. Memang Lena tuh orangnya pinter bergaul dari yang pendiam sampai orang yang suka ngomong, pasti seneng berteman dengannya. Wajah Lena juga cukup cantik, membuat banyak cowok tertegun melihatnya.
“Kalo soal beginian aku gak punya ide, nggak ngerti.” Jawab Rheo menggelengkan kepala.
“Iya juga ya, otak Rheo kan untuk pelajaran.” Sahut Ian.
“KeVilla ku az yuk, kita pesta piyama.” Ajak Ran.
“Aku mau az, tapi kita Cuma punya waktu hari sabtu dan minggu az, capek pulangnya! Apalagi pas itu langsung sekolah.” Sahut Dimas.
“Lupa ya, hari jum’at kita Kan ada acara festival budaya di sekolah ini. Dari dulu acaranya itu-itu juga, mending kita ke Villa Ran.” Ucap Lena, dia paling nggak suka festival budaya sekolah ini soalnya acaranya membosankan.
“Setuju!!!” Jawab Ian dan Meca.
“Nggak apa-apa kalau kita nggak masuk school?” Tanya Ari, itu karena Ari paling disiplin.
“Kan nggak diabsen juga.” Jawab Ian antusias, dari wajahnya kelihatan bahwa ia pengen libur.
“Bolehlah.” Sahut Rheo,
“Rheo yang pintar az setuju, masa kamu nggak sieh?” Tanya Lena,
“Oke deh!” Jawab Ari, yang tak bisa menolak lagi.
“Nah kalo githu, kita janjian di rumah Ran.” Seru Ezy,
“Boleh ngajak pacar ku nggak? Kayaknya dia gak ada mata kuliah hari itu.” Tanya Yoan,
“Euhmmm… boleh kok, kan Kak Fathir juga masih teman kita.” Jawab semuanya, soalnya kak Fathir adalah alumni angkatan dua tahun yang lalu dari sekolah mereka.
“Nah, sekarang kita bagi tugas… seperti biasa.” Seru Oky dan Ian semangat.
"""